9 Desember Ceria berjalan-jalan


Bengkona kaju klompong
Kaju pandha’ gabay tabing
Sokona lakar teppang
Esanggu jalan seba’ jelbing…

Kutipan pantun asli diatas merupakan celotehan pantun dari Pulau Madura, Jawa Timur. Beberapa saat lalu, Perkuliahan kami melaksanakan kunjungan wisata ke pulau sebrang yaitu Madura. Beberapa titik kunjungan yang kami singgahi ialah Pantai Sembilangan tempat Mercusuar, Makam Mbak Kholil salah satu situs ziarah wali tersohor di Jawa, Rumah Makan Lalapan Bebek SINJAY, Home industry Batik Khas Madura “Tresno Art” dan perjalanan kami diakhiri dengan makan malam di Rumah Makan khas masakan Padang “SEDERHANA”. Berikut ini rekam jejak perjalanan kami yang berhasil di dokumentasikan.

ercusuar Sembilangan terletak di DESA TANJUNG PIRING, Bangkalan Madura. Mercusuar ini dibangun pada tahun 1879 oleh bangsawan Hindia-Belanda Z.M. Williem III di tepi Pantai Sembilangan. Pantai ini terletak sekitar 7 km di sebelah selatan dari kota Bangkalan, Sambilangan, kecamatan Bangkalan. Pantai ini tampaknya juga masih akan mengalami peremajaan. Mercusuar yang memiliki ketinggian 90 meter ini, merupakan tempat wisata yang menyajikan pemandangan alami suasana pesisir pantai. Para Wisatawan dapat menikmati “lalu lintas” perahu nelayan dan kapal dagang yang hendak berlabuh ke Tanjung Perak melalui selat Madura.
Sejarah berdirinya bangunan ini, berawal pada zaman penjajahan Belanda. Bangunan ini memiliki fungsi untuk membantu sistem navigasi kapal-kapal belanda yang hendak masuk dari laut jawa ke selat madura untuk kemudian bersandar di pelabuhan tanjung perak Surabaya. Arsitektur utama dari merrcusuar ini terbuat dari lempeng besi yang dibuat melingkar dan saling merekat satu sama lain dengan bantuan baut yang lumayan besar. Yang mana di bagian tengah dari mercusuar ini terdapat lubang vertical dengan diameter kurang lebih 1.5 m sampai 2 m yang digunakan untuk menaikkan barang dari bawah. (http://kurniansyah-rizki.blogspot.com)

Mercusuar ini sangat dekat juga dengan lokasi makam seorang ulama besar di Nusantara yaitu Syaichona Kholil, jadi tak ada salahnya ketika berziarah untuk mampir sejenak di mercusuar ini.  Bila dipandang dari segi bisnis, didaerah tersebut masih memungkinkan untuk dijadikan salah satu objek wisata atau icon-Madura. Hal ini akan semakin meningkatkan diferensifikasi Pulau Madura, khususnya Bangkalan dengan wilayah lain yang telah memiliki icon kuat dalam bidang pariwisatanya. Namun masalah utama untuk mengembangkan dan mengenalkan situs peninggalan sejarah ini ialah akses masuk. Hal ini dikarenakan dengan sarana jalan raya yang ada hanya mampu mengakomodasi kendaraan pribadi, sedangkan untuk kendaraan yang sifatnya lebih sebagai pengakut massal seperti bus, truk itu kuranglah leluasa saat melintasi jalan raya ini. Bila memungkinkan harusnya sedapat mungkin pemerintah daerah segera merencanakan Blue Print Situs Wisata Bersejarah atau Master Plan daerah wisata di Kawasan Bangkalan. Karena dengan telah dibangunnya Jembatan SURAMADU. Hal ini merupakan aura positif bagi pengembangan potensi – potensi daerah sebagai penghasil devisa atau keuntungan bagi daerah itu sendiri.

Master Plan atau Blue print yang dimaksudkan ialah rancangan alur kunjungan wisata di kawasan Bangakalan. Dimana dengan adanya wisata terpadu ini akan memudahkan dalam hal manajemen massa dan alur lalu lintas darat untuk mengantisipasi lonjakan jumlah pengunjung dan kemacetan yang terlalu lama. Sedangkan untuk pengelolaan situs mercusuar sendiri dapat didirikan green planer atau dibuatkan lahan untuk wisata menaman mangrove atau bertani udang (tambak). Dapat juga didirikan semacam Pusat Latihan untuk teknik – teknik memancing, bertambak, memanen garam, menanam mangrove, dan seluruh kegiatan berbasis lingkungan hijau dan biru. Hijau dalam hal ini lebih mencirikan masyarakat agrari yang suka bercocok tanam, sedangkan biru mencerminkan masyarakat maritime yang sangat tangguh dalam pengelolaan kelautan. Dengan menjadikan titik pusat pembangunan disekitar mercusuar, diharapkan nanti pemanfaatan dari peninggalan Mercusuar  ini tidak hanya sebagai kunjungan wisata tapi juga dapat disejajarkan sebagai sarana edukasi, rekreasi, investasi jangka panjang.

Untuk pengelolaannya sangat baik, bila masyarakat sekitar juga dilibatkan. Buatlah saja tender pengembangan wilayah pesisir sebagai Green and Blue Land. Nantinya dengan melibatkan pihak ke-3, akan membuat inisiatif dan kreatifitas pengembangan lahan ini selanjutnya dapat berkesinambungan. Terlebih lagi apabila masyarakat disekitas pesisir dan situs mercusuar dapat langsung menikmati manfaat keberadaan situs ini. Sehingga nantinya perekonomian masyarakat diharapkan akan lebih baik dan budaya asli daerah dapat terkenal dan semakin mengokohkan daerah sekitar sebagai daerah unggulan wisata.

Selanjutnya kunjungan kami akan menuju Rumah Makan SINJAY, tetapi dikarenakan alur perjalananan kami melintasi situs ziarah wali Mbah Kholil, maka kami beserta rombongan menyempatkan untuk singgah.

M
enurut Cerita, KH KHOLIL adalah guru utama yang mencetak banyak ulama besar di Jawa Timur. Sampai sekarang, meski sudah meninggal, banyak ulama yang mengaku belajar secara gaib dengan Mbah Kholil. Banyak cara dilakukan untuk belajar kitab secara gaib dari ulama tersohor ini. Salahsatunya dengan berziarah serta bermalam di makam beliau. Seperti pernah dikisahkan KH Anwar Siradj, pe-ngasuh PP Nurul Dholam Bangil Pasuruan.

Saat mempelajari kitab alfiyah, beliau mengalami kesulit-an. Padahal, kitab yang berupa gramatika Bahasa Arab tersebut, merupakan kunci untuk mendalami kitab-kitab lain. Kiai Anwar sudah mencoba berguru kepada kiai-kiai besar di hampir semua penjuru Jawa Timur. Tapi hasilnya nihil. Suatu ketika, seperti dikisahkan ustadz Muhammad Salim (santri Nurul Dholam), Kiai Anwar dapat petunjuk, agar mempelajari kitab alfiyah di makam Mbah Kholil. Petunjuk gaib itu pun dilaksanakan. Selama sebulan penuh Kiai Anwar ziarah di makam Mbah Kholil Bangkalan. Di makam itu dia mempelajari kitab alfiyah. ”Akhirnya Kiai Anwar bisa menghafal alfiyah,” jelas Ustadz Salim. Banyak ulama generasi sekarang yang meski tidak pernah ketemu fisik dan bahkan lahirnya jauh sesudah Mbah Kholil meninggal, mengakui kalau perintis dakwah di Pulau Madura ini adalah guru mereka. Bukan guru secara fisik, melainkan pembimbing secara batin.

Terlepas dari cerita kehebatan atau karomah dari seorang wali Allah, yang akan saya bahas kali ini ialah para pedagang kali lima yang bergerumul disekitar masjid. Mereka seperti membentuk pasar kecil ditengah-tengag lahan parkir bus pejiarah. Bila dipertimbangkan dari segi bisnis, kemungkinan atau peluang terjadinya proses jual beli dipasar kecil tersebut sangatlah besar. Hal ini dikarenakan situs ziarah mbah Kholil tidak akan pernah sepi, melainkan akan terus ramai pengunjung terlebih pada hari-hari khusus menurut kalender jawa. Namun, tantangan terbesarnya ialah kompetisi dipasar tersebut cenderung rendah karena barang yang dijual homogeny, sehingga sangat memungkinkan adanya perang harga yang dapat memicu monopoli pasar oleh salah satu pedangan. Hal ini sangat kurang sehat dipandang. Untuk ukuran pasar sekelas pasar di situs mbah kholil ini seharusnya, pemerintah juga melibatkan diri. Upaya pengaturan atau manajemen pasar perlu dilakukan akan menghasilkan pasar yang heterogen dengan pemenuhan kebutuhan yang beragam jenis dan kualitasnya. Demi keberlangsungan pasar di situs mbah kholil ini sangatlah perlu melihat dari segala aspek stratergis dalam sirkulasi pasar, seperti ragam kebutuhan pembeli, variasi harga, dan juga strategi pemasaran dari tiap pedagang. Mengingat titik kekuatan dari pasar ini ialah Pengunjung yang akan datang secara terus menerus dari berbagai wilayah diperkuat dengan daya tarik situs ziarah Mbah Kholil yang tidak akan pernah mati dan cenderung turun-temurun. Apalagi banyak sekali pemahaman-pemahaman unik, sakral, atau khas di masyarakat akan semakin membuat situs mbah kholil ini tersohor.

Bergegas setelah shalat Dhuzur di Masjid dekat Makam Mbah Kholil, kami beserta rombongan melanjutkan ke Rumah Makan Lalapan Bebek SINJAY.

Berburu bebek memang cocoknya di kota Pahlawan, tapi jangan berhenti disini saja, bagi para pecinta kuliner bebek sejati sudah wajib dan kudu hukumnya buat mencicipi juga olahan bebek di pulau Madura lebih tepatnya di kota Bangkalan. Di kota ini terdapat satu rumah makan yang namanya sedang naik daun beberapa tahun bekalangan ini, Bebek Sinjay. Untuk menemukan lokasinya tidak terlalu susah karena berada tepat di jalan raya Ketengan no. 45 Bangkalan. Jika dari jembatan Suramadu pilihlah jalan menuju kota Bangkalan atau belok ke kiri setelah keluar jembatan Suramadu, kira-kira sekitar 13 KM. Plang besar disebelah kiri jalan bertuliskan Warung Special Nasi Bebek Sinjay menandakan Saya telah tiba di tempat tujuan, lokasi warung makannya terletak di seberangnya dan untuk parkir mobil ada di belakang dengan melewati sebuah gang kecil tepat disamping warung makan bebek Sinjay.

Bu Musliha adalah pemilik dari warung makan bebek Sinjay ini, sudah sekitar 10 tahun yang lalu beliau mendirikan warung bebek Sinjay. Tidak mengherankan jika sekarang bebek Sinjay sudah cukup ternama karena bu Musliha memang memiliki resep khusus sehingga bebek olahannya benar-benar nikmat. Apalagi semenjak dibukanya jembatan Suramadu, nama bebek Sinjay melanglang hingga keluar pulau Madura. Bahkan setiap hari warung makan bebek Sinjay menyediakan rata-rata 500 ekor bebek buat para pengunjungnya. Warung bebek Sinjay juga terbilang buka cukup pagi yaitu jam setengah 7 dan melayani para pelanggannya hingga pukul 5 sore, namun kadang siang hari sudah habis. Akan lebih bijak jika tiba pagi-pagi untuk menikmati bebek Sinjay karena masih belum terlalu ramai, dan diusahakan jangan pas jam makan siang karena dijamin seluruh meja kursi bakalan full. Satu lagi jangan kemari pada hari Jumat jika Anda tidak ingin kecewa karena menemukan warung bebek Sinjay tutup.

Tiba dilokasi warung bebek Sinjay masih belum terlalu penuh orang, maklum saja Saya tiba cukup pagi yaitu sekitar jam 7 lebih. Celingak-celinguk kanan kiri dulu buat mencari tempat duduk yang pas, “kok mas-mas nya enga nawarin mau pesan apa ya?” pikir Saya. Ternyata untuk memesan seporsi bebek goreng pengunjung diwajibkan antri di kasir, hahhaa ndesosekali Saya ini.. Setelah memesan dan membayar pesanan Saya, barulah nota pesanan diberikan dan Saya harus segera menyerahkan kepada para karyawan untuk kemudian pesanan disajikan di meja Saya. Ada 2 tempat untuk menyerahkan nota pesanan, yang pertama ada di sebelah kanan atau depan warung untuk pesanan yang dibawa pulang, sedangkan yang untuk makan ditempat berada di sebelah kiri atau belakang warung.

Enga pake menunggu lebih dari 5 menit pesanan Saya tersaji, karena disini bebek selalu ready to eat sebelum dipesan. Bayangkan saja antrian yang akan terjadi jika bebek baru digoreng setelah dipesan, pakai metode ready to eat aja antrian sudah terjadi. Bebek goreng disajikan bersama dengan nasi hangat plus kremesan dan sambal pencitnya. Saatnya mencoba bebek goreng... Nyam.. daging bebeknya cukup empuk dan tidak alot, apalagi berbau amis bebek. Bebek disini digoreng dengan cukup kering jadi tulang-tulang muda bebek terasa cukup kriuk dan garing. Rasanya cukup gurih dan asinnya pas, jika suka yang lebih asin campurkan kremesan bebek kedalam nasi dijamin rasnya semakin mantab dan gurih banget. Tambahkan pula sambal “pencit” yang disajikan sebagai pelengkap bebek goreng, pedesnya gila abis, sukses bikin bibir nyonyor...

Sambal “pencit” yang disajikan agak berbeda dengan sambal pencit yang biasa saya temui, jika biasanya sambal diulek baru diatasnya diberikan potongan mangga muda yang masih segar, disini potongan mangga muda sudah tercampur dengan sambalnya. Kalau menurut pendapat Saya (entah benar atau enga) sambal yang diulek diberikan potongan mangga muda, setelah tercampur rata sambal pencit kemudian dikukus, karena dari penilaian indra perasa Saya sambal pencit disini rasa mangga mudanya tidak terlalu asam dan bentuknya tidak seperti habis dipotong (segar). Totally Saya cuma bisa kasih 4 jempol n’ enga bisa ngomong banyak karena bibir Saya sudah merah kepedasan. Rasa bebek goreng dan pedesnya sambal pencit dijamin bikin ketagihan.

            Dalam skala omset atau pendapatan Rumah Makan ini mencapai 1500-2000 potong bebek perhari. Sungguh angka yang fenomenal, untuk skala industry kuliner, Brand market SINJAY sangatlah kuat dan memikat para pemerhati kuliner ria, khususnya lalapan bebek. Karena dari Brand Market tersebut tidak ada dualism merk yang lain, memang lalapan bebek sangatlah banyak mereknya. Tapi dengan icon-SINJAY inilah menjadikan perbedaan yang berciri khas.










Tidak ada komentar:

Posting Komentar