Bengkona kaju klompong
Kaju pandha’ gabay tabing
Sokona lakar teppang
Esanggu jalan seba’ jelbing…
Kutipan pantun asli
diatas merupakan celotehan pantun dari Pulau Madura, Jawa Timur. Beberapa saat
lalu, Perkuliahan kami melaksanakan kunjungan wisata ke pulau sebrang yaitu
Madura. Beberapa titik kunjungan yang kami singgahi ialah Pantai Sembilangan
tempat Mercusuar, Makam Mbak Kholil salah satu situs ziarah wali tersohor di
Jawa, Rumah Makan Lalapan Bebek SINJAY, Home industry Batik Khas Madura “Tresno
Art” dan perjalanan kami diakhiri dengan makan malam di Rumah Makan khas
masakan Padang “SEDERHANA”. Berikut ini rekam jejak perjalanan kami yang
berhasil di dokumentasikan.
M
|
ercusuar Sembilangan terletak di DESA TANJUNG PIRING, Bangkalan
Madura. Mercusuar ini dibangun pada tahun 1879 oleh bangsawan Hindia-Belanda
Z.M. Williem III di tepi Pantai Sembilangan. Pantai ini terletak sekitar 7 km
di sebelah selatan dari kota Bangkalan, Sambilangan, kecamatan Bangkalan.
Pantai ini tampaknya juga masih akan mengalami peremajaan. Mercusuar yang
memiliki ketinggian 90 meter ini, merupakan tempat wisata yang menyajikan
pemandangan alami suasana pesisir pantai. Para Wisatawan dapat menikmati “lalu
lintas” perahu nelayan dan kapal dagang yang hendak berlabuh ke Tanjung Perak
melalui selat Madura.
Master Plan atau Blue print yang dimaksudkan
ialah rancangan alur kunjungan wisata di kawasan Bangakalan. Dimana dengan
adanya wisata terpadu ini akan memudahkan dalam hal manajemen massa dan alur
lalu lintas darat untuk mengantisipasi lonjakan jumlah pengunjung dan kemacetan
yang terlalu lama. Sedangkan untuk pengelolaan situs mercusuar sendiri dapat
didirikan green planer atau dibuatkan lahan untuk wisata menaman mangrove atau
bertani udang (tambak). Dapat juga didirikan semacam Pusat Latihan untuk teknik
– teknik memancing, bertambak, memanen garam, menanam mangrove, dan seluruh
kegiatan berbasis lingkungan hijau dan biru. Hijau dalam hal ini lebih
mencirikan masyarakat agrari yang suka bercocok tanam, sedangkan biru
mencerminkan masyarakat maritime yang sangat tangguh dalam pengelolaan
kelautan. Dengan menjadikan titik pusat pembangunan disekitar mercusuar,
diharapkan nanti pemanfaatan dari peninggalan Mercusuar ini tidak hanya sebagai kunjungan wisata tapi
juga dapat disejajarkan sebagai sarana edukasi, rekreasi, investasi jangka
panjang.
Untuk pengelolaannya sangat baik, bila
masyarakat sekitar juga dilibatkan. Buatlah saja tender pengembangan wilayah
pesisir sebagai Green and Blue Land.
Nantinya dengan melibatkan pihak ke-3, akan membuat inisiatif dan kreatifitas
pengembangan lahan ini selanjutnya dapat berkesinambungan. Terlebih lagi apabila
masyarakat disekitas pesisir dan situs mercusuar dapat langsung menikmati
manfaat keberadaan situs ini. Sehingga nantinya perekonomian masyarakat
diharapkan akan lebih baik dan budaya asli daerah dapat terkenal dan semakin
mengokohkan daerah sekitar sebagai daerah unggulan wisata.
Selanjutnya kunjungan kami akan menuju Rumah
Makan SINJAY, tetapi dikarenakan alur perjalananan kami melintasi situs ziarah
wali Mbah Kholil, maka kami beserta rombongan menyempatkan untuk singgah.
M
|
enurut
Cerita, KH
KHOLIL adalah guru utama yang mencetak banyak ulama besar di Jawa Timur. Sampai
sekarang, meski sudah meninggal, banyak ulama yang mengaku belajar secara gaib
dengan Mbah Kholil. Banyak cara dilakukan untuk belajar kitab secara gaib dari
ulama tersohor ini. Salahsatunya dengan berziarah serta bermalam di makam
beliau. Seperti pernah dikisahkan KH Anwar Siradj, pe-ngasuh PP Nurul Dholam
Bangil Pasuruan.
Saat mempelajari kitab alfiyah, beliau mengalami kesulit-an.
Padahal, kitab yang berupa gramatika Bahasa Arab tersebut, merupakan kunci
untuk mendalami kitab-kitab lain. Kiai Anwar sudah mencoba berguru kepada
kiai-kiai besar di hampir semua penjuru Jawa Timur. Tapi hasilnya nihil. Suatu
ketika, seperti dikisahkan ustadz Muhammad Salim (santri Nurul Dholam), Kiai Anwar
dapat petunjuk, agar mempelajari kitab alfiyah di makam Mbah Kholil. Petunjuk
gaib itu pun dilaksanakan. Selama sebulan penuh Kiai Anwar ziarah di makam Mbah
Kholil Bangkalan. Di makam itu dia mempelajari kitab alfiyah. ”Akhirnya Kiai
Anwar bisa menghafal alfiyah,” jelas Ustadz Salim. Banyak ulama generasi
sekarang yang meski tidak pernah ketemu fisik dan bahkan lahirnya jauh sesudah
Mbah Kholil meninggal, mengakui kalau perintis dakwah di Pulau Madura ini
adalah guru mereka. Bukan guru secara fisik, melainkan pembimbing secara batin.
Terlepas dari cerita kehebatan atau karomah dari seorang wali
Allah, yang akan saya bahas kali ini ialah para pedagang kali lima yang
bergerumul disekitar masjid. Mereka seperti membentuk pasar kecil
ditengah-tengag lahan parkir bus pejiarah. Bila dipertimbangkan dari segi
bisnis, kemungkinan atau peluang terjadinya proses jual beli dipasar kecil
tersebut sangatlah besar. Hal ini dikarenakan situs ziarah mbah Kholil tidak
akan pernah sepi, melainkan akan terus ramai pengunjung terlebih pada hari-hari
khusus menurut kalender jawa. Namun, tantangan terbesarnya ialah kompetisi
dipasar tersebut cenderung rendah karena barang yang dijual homogeny, sehingga
sangat memungkinkan adanya perang harga yang dapat memicu monopoli pasar oleh
salah satu pedangan. Hal ini sangat kurang sehat dipandang. Untuk ukuran pasar
sekelas pasar di situs mbah kholil ini seharusnya, pemerintah juga melibatkan
diri. Upaya pengaturan atau manajemen pasar perlu dilakukan akan menghasilkan
pasar yang heterogen dengan pemenuhan kebutuhan yang beragam jenis dan
kualitasnya. Demi keberlangsungan pasar di situs mbah kholil ini sangatlah
perlu melihat dari segala aspek stratergis dalam sirkulasi pasar, seperti ragam
kebutuhan pembeli, variasi harga, dan juga strategi pemasaran dari tiap
pedagang. Mengingat titik kekuatan dari pasar ini ialah Pengunjung yang akan
datang secara terus menerus dari berbagai wilayah diperkuat dengan daya tarik
situs ziarah Mbah Kholil yang tidak akan pernah mati dan cenderung turun-temurun.
Apalagi banyak sekali pemahaman-pemahaman unik, sakral, atau khas di masyarakat
akan semakin membuat situs mbah kholil ini tersohor.
Bergegas setelah shalat Dhuzur di Masjid dekat Makam Mbah Kholil,
kami beserta rombongan melanjutkan ke Rumah Makan Lalapan Bebek SINJAY.
Bu
Musliha adalah pemilik dari warung makan bebek Sinjay ini, sudah sekitar 10
tahun yang lalu beliau mendirikan warung bebek Sinjay. Tidak mengherankan jika
sekarang bebek Sinjay sudah cukup ternama karena bu Musliha memang memiliki
resep khusus sehingga bebek olahannya benar-benar nikmat. Apalagi semenjak
dibukanya jembatan Suramadu, nama bebek Sinjay melanglang hingga keluar pulau
Madura. Bahkan setiap hari warung makan bebek Sinjay menyediakan rata-rata 500
ekor bebek buat para pengunjungnya. Warung bebek Sinjay juga terbilang buka
cukup pagi yaitu jam setengah 7 dan melayani para pelanggannya hingga pukul 5 sore,
namun kadang siang hari sudah habis. Akan lebih bijak jika tiba pagi-pagi untuk
menikmati bebek Sinjay karena masih belum terlalu ramai, dan diusahakan jangan
pas jam makan siang karena dijamin seluruh meja kursi bakalan full. Satu lagi
jangan kemari pada hari Jumat jika Anda tidak ingin kecewa karena menemukan
warung bebek Sinjay tutup.
Tiba
dilokasi warung bebek Sinjay masih belum terlalu penuh orang, maklum saja Saya
tiba cukup pagi yaitu sekitar jam 7 lebih. Celingak-celinguk kanan kiri dulu buat mencari tempat
duduk yang pas, “kok mas-mas nya enga nawarin mau pesan apa ya?”
pikir Saya. Ternyata untuk memesan seporsi bebek goreng pengunjung diwajibkan
antri di kasir, hahhaa ndesosekali
Saya ini.. Setelah memesan dan membayar pesanan Saya, barulah nota pesanan
diberikan dan Saya harus segera menyerahkan kepada para karyawan untuk kemudian
pesanan disajikan di meja Saya. Ada 2 tempat untuk menyerahkan nota pesanan,
yang pertama ada di sebelah kanan atau depan warung untuk pesanan yang dibawa
pulang, sedangkan yang untuk makan ditempat berada di sebelah kiri atau
belakang warung.
Enga
pake menunggu lebih dari 5 menit pesanan Saya tersaji, karena disini bebek
selalu ready to eat sebelum dipesan. Bayangkan saja antrian
yang akan terjadi jika bebek baru digoreng setelah dipesan, pakai metode ready to eat aja antrian sudah terjadi. Bebek goreng
disajikan bersama dengan nasi hangat plus kremesan dan sambal pencitnya. Saatnya mencoba bebek
goreng... Nyam.. daging bebeknya cukup empuk dan tidak alot, apalagi berbau
amis bebek. Bebek disini digoreng dengan cukup kering jadi tulang-tulang muda
bebek terasa cukup kriuk dan garing. Rasanya cukup gurih dan asinnya pas, jika
suka yang lebih asin campurkan kremesan bebek kedalam nasi dijamin rasnya
semakin mantab dan gurih banget. Tambahkan pula sambal “pencit” yang
disajikan sebagai pelengkap bebek goreng, pedesnya gila abis, sukses bikin
bibir nyonyor...
Sambal
“pencit” yang disajikan agak
berbeda dengan sambal pencit yang biasa saya temui, jika biasanya
sambal diulek baru diatasnya diberikan potongan mangga muda yang masih segar,
disini potongan mangga muda sudah tercampur dengan sambalnya. Kalau menurut
pendapat Saya (entah benar atau
enga) sambal yang diulek diberikan
potongan mangga muda, setelah tercampur rata sambal pencit kemudian dikukus, karena dari
penilaian indra perasa Saya sambal pencit disini rasa mangga mudanya tidak
terlalu asam dan bentuknya tidak seperti habis dipotong (segar). Totally Saya cuma bisa kasih 4 jempol n’ enga
bisa ngomong banyak karena bibir Saya sudah merah kepedasan. Rasa bebek goreng
dan pedesnya sambal pencit dijamin
bikin ketagihan.
Dalam skala omset atau pendapatan
Rumah Makan ini mencapai 1500-2000 potong bebek perhari. Sungguh angka yang
fenomenal, untuk skala industry kuliner, Brand market SINJAY sangatlah kuat dan
memikat para pemerhati kuliner ria, khususnya lalapan bebek. Karena dari Brand
Market tersebut tidak ada dualism merk yang lain, memang lalapan bebek
sangatlah banyak mereknya. Tapi dengan icon-SINJAY inilah menjadikan perbedaan
yang berciri khas.